Irsyad Manji; Kritisisme Dalam Beragama

. Thursday, July 5, 2007
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks

Buku The Troble With Islam Today, karangan Irsyad Manji yang dalam edisi arabnya diberi judul Muslimun Wa Ahraar mengajarkan kritis terhadap segala sesuatu bahkan hal-hal yang kadang menurut kita adalah tabu, seperti agama misalnya. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari buku ini, hanya buku catatan harian seperti kebanyakan buku catatan harian yang kita miliki. Namun dari catatan inilah kita bisa menemukan kritisisme seorang muslim terhadap agamanya sendiri. Pada fihris pertama kita bisa melihat pemberontakan dia terhadap al-qura’anDia mempertanyakan universalitas al-qur’an sebagai the first epistimologic setelah hadits. Kemudian dia juga menyinggung isu gender

Adapun sebab timbulnya pertanyaan pemberontakan tentang al-qura’an darinya adalah lebih dikarenakan posisinya yang tidak paham bahasa arab yang menyebabkan dia tidak bisa memahami al-qur’an baik tersirat maupun tersurat, dari sinilah dia mengungkapkan, kenapa al-qur’an tidak disalin saja kedalam bahasa dimana orang muslim tinggal seperti halnya dia yang mengalami kesulitan dalam memahami al-qu’an. Adapun masalah isu gender, karena_maaf harus menggunakan kata-kata ini_dia mengalami kelainan sex, irsyad adalah lesbian. Tidak mengherankan bila dia mempertanyakan kenapa perempuan tidak bisa jadi imam sholat. Dan masih banyak lagi pertanyaan pemberontakan lainya dalam buku tersbut. Lebih lengnkapnya baca sendiri.

Islam sebagai din dan islam sebagai pemahaman memang menyisakan masalah tersendiri pada pemeluknya. Bila menganggap islam sebagai din maka kita harus tunduk dan patuh terhadap teks termaktub, tidak boleh mbalelo apalagi neko-neko. Tapi yang pasti hidup ini terus berjalan searah dengan berjalanya waktu, dimana dalam perjalananya pasti ada saja hal-hal yang datang diluar dugaan dengan segala varianya dan membutuhkan right of problem solving. Pada tataran inilah kita sering dibenturkan pada realitas teks dan konteks. Ketika teks dan kontek seirama tidak akan pernah jadi masalah, yan jadi masalah adalah saat keduanya saling membelakangi, disinilah diperlukannya islam sebagai pemahaman agar masalah kemanusiaan tetap terakomodir.

Sikap seperti Irsyad Manji perlu dikembangkan_asalkan kritisisme itu konstruktif_karena pada hakekatnya tidak ada yang tidak bisa dipertanyakan. Tetapi kita juga tidak bisa sepenuhnya menjadi seorang irsyad, sebab kita juga harus tahu diri, siapa kita dan siapa Dia, kita juga harus sadar ada hal yang tidak patut untuk terus dan selalu dipertanyakan, apalagi bila kritisisme itu hanya mengedepankan ego dan kepentingan pribadi yang ujung-ujungnya hanya berakhir pada individual satisfy and independency.

Abd Hamid

1 comments:

Anonymous said...

top [url=http://www.xgambling.org/]casino[/url] check the latest [url=http://www.casinolasvegass.com/]online casino[/url] manumitted no consign bonus at the best [url=http://www.baywatchcasino.com/]casino gratuity
[/url].