Mencari Ilmu Nafi'

. Wednesday, June 6, 2007
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks

Suatu yang paling penting bagi manusia yang hidup di dunia ini adalah kebahagiaan.Yang mana dengan mendapatkan kebahagiaan itu, manusia akan merasakan kepuasan dan ketentraman. Akan tetapi banyak diantara mereka yang belum bisa menyadari arti hidup yang sesungguhnya di dunia ini. Dan kita ketahui bahwasannya sebagian dari mereka tidaklah hanya memginginkan kebahagiaan lahiriyah semata, disamping itu bahkan mereka juga menginginkan kebahagiaan batiniyahMaka dari itulah,sebagian besar dari mereka juga banyak yang menyadari hal tersebut, dan mereka mengimplemasikan dalam realita kehidupannya melalui anak anak mereka, sebagian dari anak mereka di didik dan di masukkan ke pondok pesantren, ada juga yang memasukkan anak mereka ke musholla atau langgar langgar kecil yang ada di sekitar rumah mereka, dengan alasan ekonomi mereka di bawah rata rata.

Berkat dorongan orang tua, mereka sebagian dari mereka banyak yang sukses dalam pendidikannya. Bahkan sampai mendapatkan title dan pekerjaan yang layak bagi mereka, juga upah atau gaji yang mereka dapat bisa dikatakan di atas rata rata. Dan mereka juga menyempatkan untuk mengamalkan ilmu yang mereka peroleh sejak di pesantren, dengan cara mengajar anak- anak mengaji dan lain sebagainya. Akan tetapi disamping itu juga ada sebagian dari mereka yang sepulangnya dari pesantren justru berbalik menjadi liar, bahkan sampai menjadi sampah masyarakat, dikarenakan ilmu yang mereka peroleh belum bisa dikatakan nafi’dan mereka belum bisa mengamalkan ilmunya serta jarang sekali berbuat kebajikan. Akibat dari hal tersebut adalah terletak pada kesalahan niat mereka yang semula, juga kesalahan cara belajar mereka dan cara mengamalkan ilmu yang mereka peroleh. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Imam syafi’i “ilmu itu bagaikan binatang buruan, dan tulisan atau catatan itu adalah tali pengikatnya. Maka ikatlah dengan tali yang kuat”.

Dari pernyataan di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwasannya kalau kita mendapatkan ilmu walaupun sedikit, kita harus mengikatnya dengan tulisan atau catatan. Jadi kita bisa mengingat apa yang telah kita dapatkan. Dan juga sebagaimana yang telah dikatakan KH Moh. Idris jauhari bahwasanya “ilmu nafi’ itu adalah ilmu yang terhujam di dalam hati,dan tidak akan bisa terhujam ilmu tersebut di dalam hati kecuali melekat di dalam otak. Dan tidak bisa melekat dalam otak, kalau kita tidak mengulang ulang atau mengingat kembali”. Jadi cara untuk mengulang ilmu tersebut yaitu dengan cara melihat apa yang telah kita ikat atau tulis di dalam buku atau kaskul kita. Lalu bagaimana kita akan bisa mengulang kalau tidak ada yang bisa kita lihat atau kita baca.

Dan mendapatkan ilmu yang nafi’itu sangatlah sulit, apabila kita datang ke pesantren ini hanya untuk makan dan tidur saja. Akan tetapi mencari dan mendapatkan ilmu nafi’ tersebut bisa dikatakan sangatlah mudah, apabila kita memang benar benar ikhlas dan bersungguh sungguh untuk berijtihad demi mendapatkan ilmu nafi’yang selama ini kita inginkan. Dan tidaklah lupa pula selain dari itu kita juga harus tawadhu’dan banyak berdo’a kepada Allah S.W.T, agar kita di mudahkan dan di ridloi dalam segala hal.Amien….ya Robbal ‘alamien.

Zainuri

0 comments: